Hujan adalah hidupku.

 

Hujan adalah hidupku.

 


 

Siapa sih yang tidak suka hujan, hampir semua orang menyukainya.

Derasnya hujan mampu menutupi kesedihan setiap orang, tak jarang juga ketika mereka lebih suka menikmati momen bahagia dibawah guyuran air hujan. Suara airnya yang memekik di telinga, angin yang menembus ke dalam tulang membekukan hati, membasahi muka dan melunturkan make up para wanita. Hujan di malam hari adalah favorit bagi ia, karena baginya hujan di waktu malam tak banyak orang peduli, namun sangat berarti baginya, karena di sanalah ia menangis dan mengungkapkan setiap isi hatinya tanpa takut di ketahui oleh orang lain.

Malam itu sepulang dari bekerja di sebuah cafe kecil dekat rumahnya, ia tak langsung pulang, namun berhenti di sisi taman dekat ia menikmati derasnya air hujan di malam hari, wajah putih lembut selembut marshmallow, rambut panjang yang tergerai, lipstik merah tipis menghiasi bibirnya, dengan kecantikan alaminya ia mendongakkan mukanya ke atas langit dan menengadah hujan, merentangkan tangannya seolah ingin memeluk seluruh air dan angin malam itu, dalam batinnya seandainya kalian di sini pasti aku sekarang tidak seperti ini.

Azahra begitulah orang lain mengenalnya, gadis sebatang kara di kota seberang, ia meninggalkan desanya karena merasa rumah bukan lagi tempat terindah baginya, semenjak broken home menjadi bagian hidupnya. Gadis yang lebih memilih hidup sendiri dan mandiri, tak pernah mengeluh berusaha melakukan kesehariannya dengan sangat baik dan sempurna. Siapa sangka gadis secantik Azzahra harus kehilangan senyumnya karena hatinya dipatahkan oleh keluarganya sendiri, baginya senyumannya sudah tak berarti lagi, karena orang dicintainya sudah tak bersamanya lagi.

Air mata yang menetes deras selayaknya air terjun tak pernah ditampakkan, karena menyatu dengan air hujan yang membasahi pipinya. Pejaman mata yang sangat lembut seolah menandakan ia sangat lelah bergulat dengan hatinya sendiri, seandainya mesin waktu benar-benar ada keinginanku kembali ke masa dimana keluargaku utuh sangatlah kuat. Ia membuka matanya perlahan menghadapkan kepalanya ke depan dan mulai berjalan, menyusuri jalanan yang sepi tanpa memiliki seorang teman, langkah demi langkah ia berjalan menuju rumahnya. Namun tiba-tiba kakinya terhenti melihat sebuah rumah di sebelahnya yang kacanya mampu ditembus oleh matanya, dengan satu mata itu melihat betapa harmonisnya sebuah keluarga seseorang, ada ayah, ibu, kakak, adik, nenek, kakek dan anggota keluarga lainnya yang berkumpul di ruang keluarga dengan canda dan tawa.

Azahra seolah tak ingin meninggalkan halaman itu ingin rasanya ia turut menikmati momen bersama, waktu semakin larut ia harus segera pulang. Setelah menyadari waktu yang semakin malam Azahra langsung melanjutkan perjalanan pulangnya. Sesampainya ia di depan pintu yang terkunci perlahan ia keluarkan kunci dari dalam saku bajunya, lalu membuka pintu. Berdiri di depan pintu yang sudah terbuka, sakit sekali hatinya melihat ke dalam rumahnya yang sepi seperti tak ada kehidupan. Perlahan tangannya yang keriput karena terlalu lama hujanan, lalu ia menutup pintu kamar dan menguncinya, ia pun bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Waktu berlalu begitu cepat dalam keheningan ia menikmati hidupnya, seusai mandi ia pun menghangatkan tubuhnya dengan sebuah selimut dan duduk dekat perapian dan menyeduh satu cangkir coklat panas serta menyalakan televisi, perlahan bibir kecil itu meniup coklat panas dan meminumnya sedikit demi sedikit. Benar mata itu menatap layar televisi namun entah mengapa pandangannya begitu kosong, sedikit demi sedikit ia habiskan coklat hangatnya hingga tak tersisa. Setelah ia meletakkan cangkir itu di meja dekat kursinya, Mengangkat kakinya ke kursi lalu menelentangkan tubuhnya dan menyelimuti tubuhnya, dengan mukanya yang pucat pasi, rambutnya yang basah terurai ia mencoba memejamkan mata dan pergi tidur.

Malam berlalu dengan sangat baik, televisi yang menyala semalaman, tubuh yang terhangatkan, perut yang diisi dengan secangkir coklat panas, membuatnya tidur nyenyak malam ini. Suara hujan yang semakin lama semakin menghilang menandakan bahwa hujannya telah reda, suara alarm yang mengagetkan pada dini hari, membuat Azzahra terbangun dari tidur lelapnya, ia tahu jika alarm berbunyi berarti sudah waktunya ke kamar mandi dan mengambil air wudhu, waktunya shalat tahajud, istikharah dan hajat telah tiba. Tanpa berlama-lama, ia turunkan kaki dari sofa dan mengenakan sandal rumah yang lucu untuk alas kakinya menuju kamar mandi, setelah usai berwudlu, ia pun menuju tempat shalatnya. Mukenah yang nampak lusuh karena sering di pakai, ia kenakan perlahan ke tubuhnya, setelah selesai dengan mukenanya lalu ia rentangkan sajadahnya serapi mungkin, tanpa bergeming sedikitpun Azzahra mulai menunaikan shalat sunnahnya.

Mau sesulit apapun perjalanan hidupmu, utamakan cintamu pada Rabbmu, karena skenarionya tak pernah salah dan tak akan pernah salah, mungkin hari ini hujan air mata siapa tahu besok hujan bahagia, tetap positif thinking dan usahakan yang terbaik, jangan lupa bersyukur Allah maha mengetahui apa yang kita inginkan dan doakan, dan akan dikabulkan jika itu baik untukmu.

Cindy alvionita (tahajud gadis broken home).

Nama : Cindy alvionita

Umur : 21 tahun

Kota asal : Banyuwangi jawa timur, desa Grajagan Pantai.

 

 

0 Komentar