Jenuh
Dari matahari terbit aku menatapnya dengan penuh haru, angin sengaja menguatkan ku dalam menghela nafas yang sempat tersengal, aku menopang dada dengan hal yang kumulai dari bagian terkecil, aku baringkan tubuh ini karena lelah dengan keadaan yang tak pernah berhenti untuk menggangguku, daun pohon waru itu tiba-tiba melesat di muka ku seperti tangan mulus yang sengaja menggodaku, tanganku meraih daun waru lalu aku menatapnya dengan kedua tangan yang memegang kedua sisinya, seperti kekasih yang sekian lama tak kunjung datang hanya untuk menyapa ku, lalu dengan perasaan yang tak memiliki rasa, aku mengatakan bahwa yang adil itu palsu, karena hidupku selalu kehilangan raga yang sempat bersemayam di dadaku.
Hari ini dengan gempuran ombak yang mengikis angin semakin kencang menggodaku untuk turut andil menjadi bagian dari kepedihan dunia, dari berbaring tubuh mengajak ku untuk sejenak menatap langit yang penuh tertutup awan, dan gemuruhnya terdengar sampai ke telingaku, seperti mengetahui apa yang sebenarnya menjadi gundah dalam hidup. Andai badai kemarin cepat berlalu pasti dia tak akan meninggalkan ku hanya demi pejantan yang jauh lebih molek daripada aku, sempat aku tertawa dengan dunia. “ Sejauh mataku memandang, tak kulihat jalan itu mulus untuk aku lalui, bahkan ada lubang yang membentang bahkan semut tertawa jika melaluinya, apa lagi aku, menangis “
Balsem kemarin tak cukup panas dari amarahnya kepadaku, dan Kutub Antartika tak kan mampu mendinginkan keras batu yang berada di kepalanya, dia berkata “ Dia jauh lebih daripada kamu yang kere bahkan tikus enggan tinggal bersama lelaki yang tak punya harta sepertimu, mau membahagiakanku namun sebutir nasi tak ada di karung beras mu” jika dia tau malah tikus yang setiap kali membawa makanan untukku, kita saling berbagi satu sama lain.
Hari sudah semakin terang, awan sudah mulai bekerja, dan aku melanjutkan perjalanan ku yang baru sempat aku lakukan saat ini, semoga senja merestui langkah kaki ini. Bila ada orang yang menawariku arum manis aku tak akan menolak, mungkin itu yang menjadi kebutuhan ku, dari mulai langkah kecil aku tak akan tergesa-gesa dengan berlari.
Baca juga Puisi
Dan kunjungi Web Tentang Najib
0 Komentar